Tugaskan Siswa Gambar Kelamin – Dunia pendidikan kembali di guncang dengan sebuah insiden yang terjadi di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Bandung Barat (KBB). Seorang guru biologi, yang awalnya hanya di kenal sebagai pengajar berdedikasi, kini menjadi pusat sorotan setelah memberikan tugas kontroversial kepada murid-muridnya. Ia meminta siswa untuk menggambar alat reproduksi manusia secara detail sebuah tugas yang sontak memicu kemarahan orang tua murid dan kegaduhan di media sosial.
Apakah ini bagian dari kurikulum yang seharusnya? Atau justru ini adalah bentuk pengaburan batas antara edukasi dan ketidakpantasan? Wacana ini langsung meluas, bahkan sebelum pihak sekolah sempat merespons secara resmi.
Kronologi Viralnya Guru Yang Tugaskan Siswa Gambar Kelamin
Dalam dunia pendidikan, pembelajaran sistem reproduksi memang termasuk dalam materi pelajaran biologi. Namun, cara penyampaian materi menjadi krusial. Dalam kasus ini, sang guru memerintahkan siswa menggambar alat kelamin pria dan wanita secara terperinci, lalu mengumpulkannya untuk di nilai.
Tak hanya itu, menurut keterangan dari beberapa siswa yang enggan di sebutkan namanya, guru tersebut memberikan catatan khusus pada bagian-bagian tertentu dari gambar, bahkan ada yang merasa malu karena gambar mereka di periksa di depan kelas. Beberapa siswa mengaku tidak nyaman, merasa seperti objek eksperimen, bukan peserta didik yang di hargai.
Baca Berita Lainnya Juga Hanya Di rajamaritim.com
Orang tua murid pun bereaksi keras. Laporan dari komite sekolah menyebutkan bahwa setidaknya 12 wali murid melayangkan protes tertulis, menuntut penjelasan dan sanksi tegas bagi guru yang bersangkutan.
Pihak Sekolah Ambil Langkah Tegas, Tapi Terlambat?
Setelah tekanan publik makin memuncak, pihak sekolah akhirnya angkat bicara. Dalam pernyataan yang di rilis pada hari Senin pagi, kepala sekolah menyatakan bahwa guru tersebut telah “di istirahatkan sementara” dari kegiatan mengajar, sembari menunggu hasil investigasi internal.
Namun langkah ini di pertanyakan banyak pihak. Mengistirahatkan guru bukan berarti menyelesaikan masalah, apalagi jika tidak di iringi dengan evaluasi kurikulum, metode pengajaran, serta pelatihan etika bagi tenaga pendidik. Banyak yang menilai bahwa tindakan sekolah cenderung reaktif, bukan preventif. Mereka baru bertindak setelah masalah viral, bukan ketika keluhan awal muncul dari siswa.
Jejak Digital Tak Bisa Dihapus: Bukti Tersebar Luas
Foto-foto lembar tugas yang di berikan guru itu kini beredar di media sosial. Dalam salah satu gambar, terlihat instruksi eksplisit untuk “menggambar alat kelamin pria dan wanita lengkap dengan keterangan bagian-bagian.” Hal ini bukan hanya menimbulkan kegelisahan, tetapi juga membuka pertanyaan besar: Apakah tugas ini pantas di berikan kepada siswa SMA tanpa pengarahan dan sensitivitas yang tepat?
Komentar netizen pun terbagi. Sebagian mengecam keras guru tersebut, menyebutnya “tidak punya etika sebagai pendidik.” Namun ada juga yang membela, menyatakan bahwa materi reproduksi memang termasuk bagian dari biologi, hanya saja penyampaiannya perlu direvisi.
Namun yang jelas, apa yang terjadi telah mencoreng wajah pendidikan di KBB, bahkan membuka wacana nasional mengenai batas-batas pengajaran di sekolah.
Guru atau Provokator? Wajah Ganda Dunia Pendidikan
Sosok guru yang kini diistirahatkan itu sebelumnya dikenal sebagai pengajar aktif dan penuh semangat dalam menjelaskan materi-materi kompleks. Namun dengan munculnya skandal ini, muncul pula pertanyaan tentang niat sebenarnya di balik tugas tersebut.
Apakah ini sekadar bentuk inovasi pembelajaran yang salah sasaran slot gacor gampang menang? Atau justru ini mengindikasikan penyimpangan tersembunyi yang selama ini tak terdeteksi oleh pihak sekolah maupun dinas pendidikan?
Kini, publik menuntut transparansi. Mereka menanti apakah insiden ini akan berakhir dengan teguran administratif semata, atau menjadi momentum untuk mereformasi sistem pendidikan yang terlalu permisif terhadap pelanggaran batas etika.